Pengulangan dengan IF

Pengulangan dengan IF Digunakan dalam pengambilan keputusan<br /> Bentuk umum: <br /><br /> if(kondisi) pernyataan1 ;<br /> else pernyataan2;<br /><br />Pernyataan1 dilaksanakan jika dan hanya jika kondisi yang diinginkan terpenuhi, jika tidak, lakukan pernyataan2. Jika anda tidak mempergunakan pernyataan else program tidak akan error, namun jika anda mempergunakan pernyataan else tanpa didahului pernyataan if maka program akan error.<br />Jika pernyataan1 atau pernyataan2 hanya terdiri dari satu baris, maka tanda { } tidak diperlukan, namun jika lebih maka diperlukan.

Pengulangan dengan IF

Pengulangan dengan IF Digunakan dalam pengambilan keputusan Bentuk umum: if(kondisi) pernyataan1 ; else pernyataa...

Baca selengkapnya »

Menentukan Kebutuhan Informasi

Untuk menentukan kebutuhan Informasi yang relevan dengan kebutuhan organisasi, Kendal (1995) memberikan guideline yang sederhana – yang disebutnya metode 4WH :<br /><ol><li><br />What : kegiatan apa sajakah yang menjadi wewenang dan tugas dari masing masing unit fungsional?, nterkait dengan tugas dan kewenagan nya apakah tersedia dokumen dokumen pendukung ( form, laporan dan sebagainya) yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan informasi yang dibutuhkan dan dihasilkan unit. </li><li><br />When : apakah tugas dan kewenagan unit fungsional dilaksanakan secara kontinu ataukah ada “periode waktu” untuk menyelesaikan ? sebagai gambaran entri nilai terkhir semester biasanya hanya dilakukan sekali persemester sedangkan transaksi peminjan=man diperpustakaan bias lebih dari 1 transakasi per hari </li><li><br />Who : siapa dan berapa orangkah dalam unit funsional yang dilibatkan dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan nya? Apakah ada interaksi dengan unit fungsional organisasi lainnya? Sebagai missal, persyaratan wisuda membutuhkan mahasiswa telah menyelesaikan kewajibannya mulai dari kewajiban akademik hingga kewajiban administrative lainnya </li><li><br />Where : apakah unit fungsional dalam menyelesaikan tugas dan kewenangannya harusberaktivitas dilokasi yang ditempatinya atau dapat dikerjakan dari lokasi lain? Perkembangan TI terutama dibidang jaringan komputer memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan secara remote location </li><li><br />How : dengan cara bagaimanakah suatu tugas dilaksanankan oleh unit fungsional organisasi? Apakah prodsedur operasi baku (Standard Operation Procedure/SOP) untuk penyelesaian suatu tugas tersedia? Apakah ada SOP yang lebih efisien disbanding SOP saat ini. </li></ol>

Menentukan Kebutuhan Informasi

Untuk menentukan kebutuhan Informasi yang relevan dengan kebutuhan organisasi, Kendal (1995) memberikan guideline yang sederhana – yang dise...

Baca selengkapnya »

Persyaratan Dalam Pengolahan Informasi

<ol><li>Informasi Relevancy : Informasi yang dikelola harus relevan dengan tujuan organisasi, baik tujuan jangka pendek, menegah maupun jangka panjang</li><li><br />Informasi accuracy : derajat keakuratan informasi harus diupayakan sebesar mungkin sehingga informasi bermanfaat dalam pencapaian tujuan organisasi</li><li><br />Informasi Timeliness : Informasi diupayakan terseedia tepat pada saat dibutuhkan oleh penguna. Informasi diolah harus diupayakan merupakan informasi terkini</li><li><br />Informasi usability : informasi harys dinyatakan dalam bentuk/ format yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengguna yang berlainan bias membutuhkan informasi yang sama, hanya saja dalam format penyajian yang berbeda</li><li><br />Informasi affordability : informasi harus bias diperoleh dengan biaya untuk memperolehnya ada dalam batas batas yang rasional</li><li><br />Informasi Adaptability : Informasi yang telah tersedia harus bias mengantipasi perkembangan dan kompetibilitas dari system yang memanfaatkannya</li><li><br />Informasi Accessibility : Informasi yang dikelola harus bias dimanfaaatkan dan diakses secara muidah oleh berbagai pengguna diberbagai lokasi</li></ol>

Persyaratan Dalam Pengolahan Informasi

Informasi Relevancy : Informasi yang dikelola harus relevan dengan tujuan organisasi, baik tujuan jangka pendek, menegah maupun jangka panja...

Baca selengkapnya »

Critical Succes Factor

<ol><li>Critical Succes Factor (CSF) diartikan sebagai sejumlah kecil factor yang berasal dari lingkungan internal dan atau eksternal organisasi yang dipercayai memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam pencapaian keberhasilan organisasi. CSF sering digunakan sebagai alat bantu pada tahapan penentuan kebutuhan Informasi salah satu tahapan terpenting dalam rangkaian kegiatan pengembangan system informasi berbasis computer SIBK.</li><li><br />Penentuan CSF biasanya diulakukan dengan mewawancarai berbagai pihak internal organisasi yang berkentingan dengan SIBK yang akan dikembangkan terkadang pendapat dari pihak eksternal dibutuhkan dalam menentukan CSF</li><li><br />Sebagai contoh CSF untuk membantu mengembangkan SIBK dibidang penyelenggaraan kegiatan akademik di jurusan Matematika UNUD, diantaranya: Tingkat kehadiran dosen dalam kegiatan pembelajaran, distribusi nilai mata kuliah dan persentase mahasiswa yang menyelesaikan TA kurang dari 1 tahun.</li></ol>

Critical Succes Factor

Critical Succes Factor (CSF) diartikan sebagai sejumlah kecil factor yang berasal dari lingkungan internal dan atau eksternal organisasi yan...

Baca selengkapnya »

Pendekatan dalam Pengembangan CBIS

Berbagai metode dikembangkan para pakar dalm membangun sebuah CBIS yang bedaya guna.<br />Salah satu pendekatan yang bersifat sistematik dan komprehensif diberikan oleh Edwards et al (1991) yang memadankan pengaruh lingkungan internal dengan lingkungan eksternal<br />organisasi. Pemadanan ini dilakukan dengan tujuan agar informasi memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan organisasi .<br /><br /><br />1. Pengkajian lingkungan internal dan eksternal dari organisasi merupakan awalan dari rangkaian proses perencanaan yang bersifat strategis dari suatu system informasi. Kajian mengenai lingkungan internal akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi, sedangkan kajian tentang lingkungan eksternal akan menghasilkan ‘peta persaingan’ myang dihadapi organisasi yang menyangkut ancaman dan peluang.<br /><br /><br />2. Selanjutnya, hasil perencanaan tersebut haruslah dapat dipisahkan kedalam dus sisi strategi perencanaan yaitu strategi SI dan strategi TI. Perencanaan strategi mengenai SI berhubungan dengan kata kunci What; penentuan aspek system yang akan di SI kan. Melalui penentuan priorotas dari aspek yang terpilih maka pertanyaan mengenai cara system diwujudkan dari pandang sisi teknis dapat dianalisis pada perencanaan strategi TI yang membahas aspek Hownya. Kombinasi dari kedua perencanaan strategi ini dapat digunakan untuk membangun Ancangan Sistem Aplikasi dengan tetap memperhatikan current system yang ada.

Pendekatan dalam Pengembangan CBIS

Berbagai metode dikembangkan para pakar dalm membangun sebuah CBIS yang bedaya guna. Salah satu pendekatan yang bersifat sistematik dan komp...

Baca selengkapnya »

Sistem Informasi Berbasis Komputer

Upaya pengembangan sebuah Sistem Informasi Berbasis Komputer<br />(Computer-Based Information System /CBIS). Haruslah diawali dengan memahami hakekat sebuah CBIS sesungguhnya bukan hanya seperangkat computer dengan segala program (perangkat Lunak) yang terpasang pada media penyimpananya.<br />Sebuah CBIS akan terdiri dari 5 komponen yang saling berinteraksi .

Sistem Informasi Berbasis Komputer

Upaya pengembangan sebuah Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer-Based Information System /CBIS). Haruslah diawali dengan memahami hak...

Baca selengkapnya »

Contoh Soal Relasi Rekursif

Barisan 3, 7 , 11, 15, . . . didefinisikan dengan relasi berulang a_n = a_n-1 + 4 untuk n ≥ 1 dengan syarat awal a₀ = 3.<br /> Contoh 2<br /> Carilah relasi berulang dengan syarat awal dari barisan 1, 1, 2, 4, 16, 128, 4096, . . .<br /> Penyelesaian<br /> Bentuk rumusan setiap suku dengan menggunakan suku sebelumnya<br /> 1 = 1<br /> 1 = 1 X 1<br /> 2 = 2 X 1 X 1<br /> 4 = 2 X 2 X 1<br /> 16 = 2 X 4 X 2<br /> 128 = 2 X 16 X 4<br /> 4096 = 2 X 128 X 16 X 4<br /> Dengan demikian relasi yang berulang yang diperoleh adalah a_n = 2 X a_n-1 X 2 X a_n-2 untuk n≥2<br /> Dengan syarat awal a₀ = 1 dan a₁ = 1<br /> <br /> untuk contoh lainnya bisa dibuka link ini<br />  <a href="https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:7fGzjawbilMJ:pardede.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/2710/RELASI%2BREKURENSI%2BLINIER.doc+&hl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShaSpGNr9N0AuzKe11FC-UDDpMTvwH92fbhN2A6mrv6Qx7okf7oaaUJ80BWg153_h1uWNCYsoinFA1VLaplMgeicyreFKL4-4F0EZ8Lu09Fnd2kf6sJvNWfOdCFbAAeko1BcSFX&sig=AHIEtbRF_B3MaU0gcVGzPDH_z4RWGF-MZw">klik disini</a> atau <a href="http://pardede.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/2710/RELASI+REKURENSI+LINIER.doc?g_q=contoh%20relasi%20rekursif%20linear%20berkontanta">disini</a><br /> <br />

Contoh Soal Relasi Rekursif

Barisan 3, 7 , 11, 15, . . . didefinisikan dengan relasi berulang a n = a n-1 + 4 untuk n ≥ 1 dengan syarat awal a 0 = 3. Contoh 2 Cari...

Baca selengkapnya »

Relasi Rekursif

Relasi rekursif sering juga disebut relasi berulang . relasi ini mendefinisikan sebuah barisan dengan memberikan nilai ke-n yang dikaitkan dengan suku – suku sebelumnya . untuk mendefinisikan sebuah barisan, relasi berulang memerlukan nilai awal yang sudah ditentukan. Secara formal relasi berulang ini didefinisikan sebagai berikut:<br /> Definisi sebuah relasi berulang untuk barisan a₀, a₁, a₂, . . . merupakan sebuah persamaan yng mengkaitkan a_n dengan ₀, a₁, a₂, . . . , a_n-1. Syarat awal untuk barisan a₀, a₁, a₂, . . . adalah nilai nilai yang diberikan secara eksplisit pada beberapa suku dari barisan tersebut.<br /> <br /> <a href="http://matematikakuadrat.blogspot.com/2009/02/contoh-soal-relasi-rekursif.html">Contoh Soal Relasi Rekursif</a>

Relasi Rekursif

Relasi rekursif sering juga disebut relasi berulang . relasi ini mendefinisikan sebuah barisan dengan memberikan nilai ke-n yang dikaitkan d...

Baca selengkapnya »

Contoh Soal Induksi Matematika

Buktikan dengan metode induksi matematika bahwa bentuk<br />P(n)=1+3+5+7+…+(2n-1)=n² berlaku untuk setiap n angota bilangan asli.<br /><br />Bukti:<br />akan dibuktikan bahwa P(n)=1+3+5+7+…+(2n-1)=n² berlaku untuk setiap n angota bilangan asli.<br /><br />Langkah 1 (basis Induksi)<br />Untuk n=1 diperoleh p(1)= 1²=1. Jadi terbukti pernytaan benar untuk basis induksi<br /><br />Langkah 2 (langkah Induksi)<br />Ambil sembarang k N. misalkan diasumsikan P(k) benar. Maka penjumlahan k bilangan ganjil pertama dapat dituliskan sebagai berikut:<br />P(k) = 1 + 3 + 5 + 7 + . . . + (2k+1)=k²<br /><br />Selanjutnya harus ditunjukan : P(k+1)=(K+1)². Bilangan ganjil yang berada pada urutan setelah (2k - 1) adalah (2(k+1) - 1) = 2k + 2 – 1 = 2k – 1 + 2 = 2k + 1<br />Sehingga dapat dituliskan: p(k+1) = [1 + 3 + 5 + 7 + . . . + (2k – 1)] + (2k +1)<br />Karena berdasarkan asumsi P(k) = 1 + 3 + 5 + 7 + . . . + (2k+1)=k² maka diperoleh P(k+1)=(K+1)² + (2k + 1) = k² + 2k +1 = (k + 1) ²<br />Jadi telah ditunjukan jika p(k) benar, maka p(k+1) juga benar. Dengan terpenuhinya kedua langkah diatas, maka dapat dikatakan penjumlahan n bilangan ganjil yang pertama P(n)=1+3+5+7+…+(2n-1)=n² berlaku untuk setiap n angota bilangan asli.<br />Jadi kesimpulannya terbukti

Contoh Soal Induksi Matematika

Buktikan dengan metode induksi matematika bahwa bentuk P(n)=1+3+5+7+…+(2n-1)=n 2 berlaku untuk setiap n angota bilangan asli. Bukti: akan d...

Baca selengkapnya »